Selasa, 21 November 2017

Akuuu...


Gambar terkait

Aku adalah aku. Bukan dia, kamu, ataupun mereka.
Aku adalah aku, tak perlu jadi orang lain cukup menjadi diriku sendiri dan bangga dengan kekurangan serta kelebihan yang Tuhan berikan.

Aku merasa cukup dengan semua yang ada, meskipun kadang rasa iri cemburu dengan yang dia, kamu dan mereka miliki tapi aku sadar Tuhan tak pernah membeda-bedakan aku, dia, kamu atapu mereka karna baik aku ataupun mereka dijadikan sempurna, serupa dengan citranya. Jadi, sebagai citraNya buat apa aku harus merasa cemburu? 

Bullshit memang kalau aku puas dengan semua yang kumiliki, bahkan aku juga melakukan perubahan-perubahan demi menjadikan citraku semakin indah. Bukan madsud tak mensyukuri karyaNya, namun hanya ingin memelihara karyaNya agar tidak terlihat usang ataupun buruk melainkan semakin indah dengan polesan ilmiah para dokter ataupun ahli kecantikan.

Ini halalkah? Haramkah? Aku tak ingin menjadikan perubahan kecil ini jadi sebuah kesalahan karna merasa perbuatan ini dosa di mata agama. Bagiku sesuatu itu halal bukan ditentukan sepihak saja ataupun agama saja, melainkan bagaimana cara kita menanggapi semua itu baik atau tidak. Hanya Tuhan yang tau sesuatu itu dihalalkan apa tidak, bukan dia, kamu ataupun mereka, apalagi organisasi yang mengatasnamakan agama dan mengecam kehalalan suatu karya.

Aku tetaplah aku. Hanya seorang wanita biasa, yang suka meremehkan, bertingkah lebih, dan menganggap semuanya SAMA. Taka da wanita yang mungkin bisa menutupi sifat keibuan, tapi itu bukan sekarang, aku masih dewasa buat apa memikirkan sesuatu yang belum waktunya ku jalanin. Semua ada waktunya, bertingkahlah sesuai umur, jangan kekanakan atau ketuaan. Takarlah tindakan, jangan berlebihan.

Aku tak ingin disbanding-bandingkan dengan dia, apalagi harus mengikuti segala tentang dia.
“Dia cantik, sukses, cekatan, patuh kepada orangtua. apa yang kurang dari dia coba? Jadilah seperti dia siapa tau kamu akan keimbas nasih baiknya.”

Filosopi tua yang taka da makna samasekali. Nasib dia? Bisa gitu keciprat ke orang lain. Dia dengan jalan hidupnya sudah tertulis, dia mampu menangani jalannya sendiri, mampu mengatur dan menciptakan dunia yang indah. Bukan sebuah takdir juga, terkadang keberuntungan lebih menguasai ketimbang takdir. Tuhan memang sudah menakdirkan kita bakal jadi ini atau itu, tapi dia hanya menuntun dan kitalah yang mengatur takdir itu mau diapakan, buruk atau hal baik. Jadi, biarkan aku menjajaki takdirku, jangan mengomentari apalagi memaksa cukup doakan dan jadilah penyemangatku, serta berikan kepercayaan, karna aku merasakan cukup energi menelusuri takdir itu, bahkan dengan senyuman saja aku mendapatkan 1000x energy yang berlebihan, makananpun sudah tak jadi sumber energy lagi kala itu.

Aku, dan takdir masih berupa puzzle yang masih berserakan dan menantikan dipersatukan kembali menjadi satu kesatuan. Aku terus mencari jati diriku, berharap dapat menemukan takdirku juga. Tak ada satupun yang bisa menentukan takdirku selain aku sendiri. Aku harus percaya bahwa aku memiliki kemampuan yang bisa membawa aku bertemu dengan takdirku. Takdir, ada di tanganku, bukan di dia, kamu apalagi mereka.

Aku hanya cukup menjadi diriku.
Menjadikan diriku pribadi yang kuat, tak bernoda,dan mampu diandalkan.
Kelemahanku adalah kekuatan yang terselebung. Bukan penghalang melainkan energy.
Taktik masa depan sudah ku persiapkan, gerbang keberhasilan sudah menanti.
Aku mulai berjalan, gagah, tanpa sedikitpun ketakutan terlihat di raut wajah apalagi auraku.
Ku biarkan angin masalalu menenggelamkan ketidakberdayaanku.
Aku berjalan bersama cahaya matahari menuju tempat kelayakanku berdiam. Aku yakin, aku akan menemukan bintangku. Bintangku. Aku harus menemukan. Aku harus!

0 komentar:

Posting Komentar

 

EOSEO OSEYO. Design By: SkinCorner